Friday, 27 November 2015

Ada celah pada batas

"Ketakterbatasan ada karena adanya keterbatasan"
Banyak sekali yang tidak kita ketahui didunia ini karena ketakterbatasannya, seperti batas dari sebuah angka, berapakah angka tertinggi di alam semesta ini? Tidak ada orang yang mengetahuinya bahkan para ilmuwan matematika menyebutnya dengan bilangan takhingga. Semua orang tidak mengetahuinya karena adanya keterbatasan pada otak kita. Otak kita mempunyai batasan - batasan tertentu. Siapa yang membatasi? Ada dua kemungkinan Tuhan atau diri kita sendiri. Untuk kemungkinan dari Tuhan biarlah itu menjadi rahasianya. Aku akan membahas saat penyebab keterbatasannya adalah dari kita sendiri.
Kekuatan dari seorang manusia tidak lain adalah segumpal otaknya, dari otak lah seorang manusia bisa mengalahkan makhluk lainnya bahkan yang lebih besar dan kuat secara fisik. Manusia merupakan makhluk di bumi yang paling cerdas katanya. Tapi manusia juga bisa kalah dengan sendirinya jika sudah berhadapan dengan otaknya. Otak manusia sangatlah kuat sehingga bisa menambah kekuatan manusia itu, tapi juga bisa melemahkan manusia itu. Ada saat dimana otak manusia membelenggu dirinya sendiri, membuat batasan - batasan agar manusia tersebut tidak melanjutkan apa yang dipikirkannya. Dalam kasus ini orang bodohlah yang akan memenangkan pertandingannya.
Oke, mari kita bandingkan orang pintar dengan orang bodoh. Manusia primitif akan jauh lebih cepat dalam berkembang dibandingkan dengan manusia modern, ini adalah perbandingan secara umum. Pada abad - abad terdahulu banyak sekali kemajuan di bidang keilmuan sehingga banyak sekali penemuan - penemuan dalam teknologi dan lainnya. Tapi bagaimana dengan sekarang, perkembangan ilmu pengetahuan menurun, bukan berarti tidak ada perkembangan, tapi sangat kecil. Apakah memang ilmu pengetahuan sudah hampir mencapai batas maksimum. Iya, jika kita memang menginginkan adanya batasan itu. Manusia modern sudah merasa mengetahui banyak hal, bahkan seolah - olah mereka mengetahui juga apa yang masih bisa dilakukan dan tidak bisa. Mereka tidak sadar kalo setiap harinya mereka menerima bahkan mengkonsumsi hal - hal yang baru yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya. Tapi dengan santainya mereka tetap melanjutkan hidup dengan batasan - batasan itu. Batasan - batasan itu banyak ditimbulkan oleh informasi - informasi yang masuk melalui indera kita. Seperti misalnya omongan - omongan orang lain yang dengan mentah kita masukkan ke dalam otak, dan menjadi penghalang besar dalam otak. Menjadikan kita sebagai makhluk pecundang yang mengaku menang saat merasa bisa mempunyai sesuatu yang baru hasil temuan orang lain.
Kita buang saja semua batasan - batasan itu. Jangan! penghalang - penghalang itu masih sangat kita perlukan agar kita bisa menemuka jalan terbaik untuk melampauinya. Mencari celah untuk dibuat sebuah jalan yang besar yang lurus agar kita bisa sampai ke tujuan. Apasih tujuan kita para manusia pemikir, para manusia peretas batas? Kita hanya ingin tau dimanakah sebenarnya Tuhan memberikan batasan untuk kita. Kita ingin mengetahui apakah yang menjadi tujuan kita benar - benar takterbatas atau hanya tersembunyi dibalik batas palsu otak kita. Membuka celah tujuannya bukan untuk menemukan angka takterhingga tapi untuk tau apakah memang benar bahwa angka paling besar adalah angka tak terhingga.

0 comments:

Post a Comment