Saturday, 21 November 2015

Ujian dalam sebuah perjalanan

Kita diciptakan lengkap dengan otak yang dapat bekerja. Otak bukan hanya sebagai aksesoris kepala. Entahlah berapa energi yang dikonsumsi otak dalam 24 jam. Mungkin sejak di dalam kandungan otak sudah berproses. Lalu berkembang seiring dengan bertambahnya usia. Otak yang sanggup belajar sendiri memerlukan inputan - inputan dari berbagai indera. Kadang bersifat pasif, kadang bertingkah lebih aktif. Pasif yaitu ketika otak bekerja hanya ketika diberi instruksi dari luar. Aktif, ketika otak mampu bekerja karena instruksi dari otak itu sendiri. Salah satu tugas otak adalah berinisiatif, berinisiatif menentukan apa yang akan dilakukan oleh anggota badan, seperti tangan, kaki, badan, atau otak itu sendiri. Sebelum menentukan apa yang harus dikerjakan, otak punya tugas berat, yaitu mengolah informasi yang didapat dan menimbangnya, menghitungnya, agar tersaring mana yang mempunyai bobot lebih untuk dimasukkan sebagai hasil atau keputusan. Seberapa berat beban dari otak?
Beratnya proses dari otak dalam menghitung ditentukan seberapa tipis selisih bobot dari beberapa pilihan tersebut. Semakin sedikit selisih diantara pilihan - pilihan yang ada maka semakin berat kerja dari otak. Kenapa otak tidak asal saja dalam menentukan sebuah pilihan jika selisih bobot nya hampir nol? Karena adanya sebuah variabel lagi yang belum bisa dihitung pada saat penentuan. Apa itu? yaitu selisih bobot ketika pilihan itu sudah berlangsung dalam beberapa waktu. Misalkan kita diberi pilihan menerima uang US$1 atau IDR13.000 (anggap saja 1 dollar = 13 ribu rupiah), lalu mana yang akan kita pilih, sedangkan keduanya mempunyai bobot yang sama. Maka otak akan kerja lebih keras dengan mencari informasi lagi, yaitu apa yang akan terjadi dengan 1 dolar dan 13 ribu rupiah dalam jangka beberapa waktu kedepan. Dimana saat itulah kerja otak sangat dipertaruhkan, agar kita tidak salah dalam memilih sebuah keputusan.
Hari ini aku mendapati sebuah kasus, yaitu yang berhubungan dengan kehendak Tuhan. Seseorang yang saat itu tidak mempunyai pilihan lagi selain memilih A, atau bisa dianggap bahwa A adalah pilihan yang terbaik ketika itu. Dalam waktu yang lama dia bertahan dengan pilihan itu. Suatu ketika dia menemukan pilihan baru yaitu B dimana bobot dari B dibanding dengan A selama ini, lebih unggul. Lalu mulailah otak berproses dengan sangat keras, kenapa bisa seperti itu. Yup, karena selama ini Tuhan sudah memberikan A sebagai jalannya, berarti dia berpikir bahwa A adalah yang paling sesuai menurut Tuhan. Lalu kenapa Tuhan juga memasukkan B sebagai variabel baru yang lebih baik menurutnya sebagai pembanding. Otak harus menganggap B ini sebagai apa? sebuah ujian untuk menggoyahkan kemantabanya dengan A, yang nanti jika dia memilih B akan menjadi orang yang gagal dalam berprinsip dan menjadi manusia yang buruk? atau B sebagai petunjuk baru yang akan membuatnya lebih baik? dari kedua maksud Tuhan, Tuhan pasti berkeinginan yang terbaik. Tapi yang mana? Inilah ujian yang sesungguhnya. Lalu bagaimanakah menyelesaikannya?
Jadilah dirimu, berprinsiplah ! seperti yang dikatakan oleh ibu ku
"Pilihlah! lalu tanggungjawablah terhadap pilihanmu!"
Pilihlah manapun jika memang kesulitan mencari selisihnya dan jangan pernah menyesali atas pilihan yang sudah dipilih. Perjuangkanlah apa yang sudah dipilih! Tetaplah berpikir keras, karena otak akan terus berlatih dan menjadi sang ahli dalam pencari keputusan. Tuhan tidak akan pernah menutup mata terhadap kerja keras otak.

0 comments:

Post a Comment