Thursday, 19 November 2015

Idealisme dalam paham ku

...
Emancipate yourself from mental slavery,
None but ourselves can free our minds.
...
Sepotong lirik dari lagu berjudul "Redemption Song", lagu yang diciptakan sekaligus dibawakan langsung oleh Robert Nesta Marley sebelum meninggal pada tanggal 11 Mei 1981. Lirik tersebut aku maknai sebagai lirik untuk pembebasan diri dari mental budak, yang tidak lain hanya bisa dilakukan oleh diri sendiri. Budak?
Yup, Budak disini bukan mengindikasikan sebuah jenis pekerjaan.. melainkan sebuah tingkat paling hina atau paling bawah dari sebuah strata.. lalu tingkatan apakah itu? dalam topik ini aku angkat tentang tingkat paling rendah dari sebuah mental, otak, pemikiran. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan tingkatan atau jabatan dalam lingkungan masyarakat. Banyak sekali raja bermental budak, dan tidak sedikit juga budak berotak raja. Tapi masih banyak sekali orang yang tidak sadar kalo mereka sebenarnya dalam kesehariannya senantiasa memperbudak mental mereka. Who?
Aku, dan mungkin juga kalian. Di dalam keseharian ku, masih banyak yang aku lakukan atau yang tidak aku lakukan bukan karena keinginanku. Lebih parah lagi, aku melakukannya bahkan ketika aku juga membencinya. Dalam hal ini aku membatasi masalahnya, yaitu hanya hal - hal yang tidak merugikan orang lain, atau melanggar hak mereka. Apasih hal - hal yang tidak mengganggu hak orang lain tapi juga tidak aku lakukan padahal aku ingin melakukannya. Sebuah contoh yang pernah aku alami.
Waktu kuliah dulu ada yang namanya PKL(Praktek Kerja Lapangan), saat itu dikerjakan berkelompok dua orang, aku dan satu temanku. Dia sangat ingin mencari tempat untuk PKL yang sesuai dengan hobinya, yaitu elektro. Aku juga tidak masalah dengan itu, aku juga suka dengan elektro khususnya di pemrogramannya. Tapi setelah mencari ke sana sini, setor lamaran ke banyak tempat ternyata tidak membuahkan hasil. Beberapa alasannya menurutku adalah karena kami bukan dari jurusan elektro. Temanku masih gigih menunggu dan mencari.. lama aku berpikir, akhirnya aku berkata ke temanku kalo sepertinya aku harus melepaskan kata idealis ku dalam hal ini, aku sangat ingin sekali PKL di tempat yang kita inginkan, tapi keadaanku yang harus lulus tepat waktu dikarenakan biaya kuliah masih dari orang tua, aku tidak enak berlama - lama bergantung ke orang tua. Gimana kalo kita cari sedapatnya saja..
Aku terbelenggu oleh sebuah realita, ketakutan akan tidak bisa nyelesaikan kuliah karena kehabisan biaya dari orang tua. Aku takut kalo kuliah ku tidak selesai maka aku tidak akan sukses (beruang). Sementara harapan dari orang tua tidak lain tidak bukan adalah melihat anaknya bisa hidup berkecukupan. Aku pun belum tau bagaimana cara yang ampuh untuk membebaskan otak ku dari ketakutan - ketakutan akan sesuatu yang belum tentu terjadi. Tapi saat ini yang bisa aku lakukan adalah selalu mengingat apa bendera ku, apa prinsip ku, apa idealisme ku, setidaknya itu akan membuat kita berpikir ulang untuk melangkah ke jalan yang tidak kita ingini.
Penyakit yang paling berbahaya adalah penyakit otak, penyakit jiwa. Perbudakan masih akan berlanjut di dalam akal dan pikiran. 
"Bangunkanlah jiwa mu terlebih dulu baru kemudian langkahkan kakimu, maka kakimu tidak akan pernah mengkhianati mu"

0 comments:

Post a Comment