Thursday, 26 November 2015

Nisan yang kutulis sendiri

Di sebuah area pemakaman terbaring mayat - mayat yang dulu pernah hidup, pasti mereka pernah merasakan sebuah kehidupan. Dengan masa hidup yang berbeda - beda, dan dengan waktu kematian yang beragam, ada yang sudah menjadi tanah ada juga yang masih segar. Tubuh - tubuh itu terpendam dalam tanah tak satupun orang yang bisa melihat bahkan mencium bau busuknya. Hanya ada satu yang bisa dikenali, hanya ada satu yang bisa memberikan informasi sedikit tentang riwayat hidup si mayat, yaitu sebuah nisan. Di situ hanya tertulis nama, tanggal lahir dan tanggal kematiannya. Tidak banyak orang yang bisa mengetahui siapakah sebenarnya dia, apa jabatannya, apa yang pernah dia lakukan selama dia hidup. Pada umumnya ukuran batu nisan itu kecil, tidak banyak tempat untuk menulis biodata lengkap di situ. Itulah kenapa aku ingin membuat nisanku sendiri.
Akan aku ukir nisan itu secantik mungkin, semenarik mungkin, aku hias, sehingga orang yang aku tinggalkan akan tetap tersenyum saat mereka melihat nisanku. Aku buat ukurannya sebesar mungkin, bahkan orang yang mabuk berat pun bisa melihatnya. Akan aku tulis tentangku tentang keluargaku tentang siapapun yang pernah dekat denganku dalam nisan itu. Aku berharap orang - orang berhenti sejenak untuk menatap nisanku. Mereka ambil foto nisanku, mereka video, mereka catat sebagian yang tertulis dalam nisanku. Mereka juga beramai - ramai menyebarkan itu di sosial media. Anak cucu mereka semua mengaku paling tau tentang diriku, saling pamer kepunyaan dokumentasi nisanku.
Sudah lama aku mulai membuat nisan ini, entah lupa aku memulainya sejak kapan, mungkin waktu aku bisa membaca. Tapi nisan ini tidak kunjung jadi, aku belum merasa sedikitpun puas dengan apa yang sudah aku buat. Saat dulu hanya bisa memuat sebuah nama panggilan saja, aku merasa ingin membuatnya lebih besar lagi. Lalu tercetaklah tanggal lahir, alamat, agama, hobi, tapi masih jauh dari rasa cukup, aku ingin lebih besar, lebih besar lagi. Dengan ukuran saat ini, aku masih menganggapnya terlalu kecil. Karena masih banyak yang ingin aku tulis, masih banyak yang ingin aku perlihatkan ke orang - orang. Kalo bicara masalah tampilan, aku juga masih bingung dalam memimilih komposisi warnanya, dari kecil aku suka hitam, tapi akhir - akhir ini aku lebih bersemangat jadi ada beberapa warna cerah yang aku campurkan. Dan juga agar nisanku bisa tetap jelas dari kejauhan, aku ingin memberi warna yang lumayan terang. Dari segi penulisan aku suka jenis huruf yang tegas tapi berseni tinggi. Gaya bahasa suka yang apa adanya seperti sekarang biar orang bisa meniru gayaku berbicara.
Ya banyak banget sih kendala dalam pembuatan nisanku, dari saudara, teman, atau bahkan yang sok kenal. Yang pasti masalah biaya yang tidak sedikit untuk bahan - bahan dan desain. Membuang - buang waktu katanya, kenapa harus mikirin nisan sekarang kan masih lama butuhnya. Gila, kamu orangnya kecil, ngapain butuh nisan sebegitu besar. Ada juga yang mentertawai betuk dari nisanku yang katanya aneh. Kadang juga jadi bahan omongan. Ngga guna, kamu dapet apa dari membuat nisan kayak gini, mau mencatat rekor. Saat aku membicarakannya pun mereka mencoba menghindar, apasih yang kamu omongin.
Tapi aku pantang untuk menyerah, aku kerjakan nisan ini sedikit demi sedikit, aku berpikir keras membuat rancangan. Tapi aku berpikir bagaimana kalo tanahnya nanti ngga cukup buat nisanku, bagaimana kalo bahkan dunia ini tidak bisa menampung nisanku. Dari itu, aku buat saja dunia ini menjadi nisanku, aku buat masyarakat dunia mencatat tentang diriku, agar semua orang tau hanya dengan bertanya ke mereka. Saat ada yang memakiku karena keinginanku ini atau yang lain, itu bisa jadi penambah warna gelap pada nisanku nanti, jadi ya silahkan saja, aku suka semua warna khususnya hitam.

"Dunia, aku jadikan kamu nisanku"

0 comments:

Post a Comment