Tuesday, 24 November 2015

Bijak vs baik

Tidak ada orang yang tidak mengenal dua makhluk di atas, sudah sering orang mengatakan bahwa kita harus bijak, kita juga harus baik, tapi apa makna dari itu. Banyak orang yang salah paham mengartikan apa itu bijak, oarang lebih sering mengartikan bahwa bijak itu juga baik, orang yang bijak itu selalu berbuat baik, dan orang yang selalu berbuat baik itu selalu bijak. Salah besar, menurutku bijak itu lebih tinggi dari sekedar baik, kok bisa?
Berperilaku bijak tidak semudah berperilaku baik, karena bijak adalah memilih yang terbaik diantara yang baik - baik. Oke, itu merupakan kekuatan dari otak untuk memproses atau memilih dari beberapa kemungkinan. Tapi yang lebih susah lagi adalah apa yang menurutku paling baik belum tentu menurut orang lain juga baik. Itulah kenapa orang yang bertindak bijak belum tentu dinilai baik oleh orang yang melihatnya. Misalkan saja, orang tua yang membiarkan anaknya yang lagi kesulitan keuangan. Sudah pasti banyak orang atau bahkan pembaca langsung menilai bahwa orang tersebut jahat atau tidak baik. Padahal ada maksud tersendiri dari orang tua tersebut, mungkin mengajarinya mandiri, atau mengajarinya dalam menjalani kehidupan yang keras, bagaimana cara untuk bertahan hidup, dan yang jelas, orang tua pasti lebih tau sifat dan perilaku dari anak. Oh, berarti orang tua itu bijak, belum tentu juga, karena apa yang saya paperkan di atas adalang kemungkinan positif, dan banyak kemungkinan negatif. Lalu sebenarnya orang tua itu baik, jahat, atau bijak? Nah, sebenarnya bukan orang tua itu yang baik, buruk atau bijak, tapi kita, kita itu termasuk dari orang baik? jahat? atau bijak? yaitu dari cara kita menilai perlakuan orang tua itu, saat kita menuduh orang tua itu jahat karena tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan menurut kita(sudut pandang kita), kita secara otomatis sudah berpikiran jahat, karena menuduh yang belum tentu salah. Saat kita menilai orang tua itu baik karena kita berpikir orang tua pasti punya alasan - alasan yang baik pula, secara langsung kita adalah orang baik. Tapi saat kita lebih sabar dalam menilai orang tersebut dengan mempertimbangkan banyak kemungkinan baik atau buruk dan tidak serta merta menilai itu yang dinamakan bijak. Wah berarti bijak itu golput, bijak itu ga punya keputusan?
Salah lagi, bijak adalah melalukan dan memikirkan apa yang paling baik dan yang paling perlu, memikirkan orang tua yang tidak ada sangkut pautnya, tidak ada hubungannya dengan kita hanya untuk menilainya dan menggunjing atau menceritakannya itu adalah sesuatu yang sangat tidak bijak. Karena orang bijak akan langsung menilai diri dengan cara melihat orang tua itu sebagai cermin untuk mengoreksi diri. Apakah aku juga melakukan apa yang orang tua itu lakukan, kalo iya kenapa, kalo tidak juga kenapa. Dengan mengoreksi diri dan memberikan pertanyaan - pertanyaan kepada diri untuk menjadi lebih baik itu lebih bijak.
Menjadi bijak banyak sekali tantangannya, tantangan dibagi menjadi dua dari eksternal dan internal. Eksternal yaitu dari omongan orang lain, saat kita mau melakukan ini itu, kita takut kalo itu nanti ternyata tidak baik menurut omongan orang. Internal yaitu dari diri kita sendiri, kadang kita merasa kasihan kepada orang yang kita cintai karena kita bersikap terlalu keras kepadanya, padahal sebenarnya tujuan dari bersikap seperti itu juga untuk kedewasaan dia yang juga akan berbuah baik untuk orang yang kita cintai tersebut.
Jadi menurutku 
"Menjadi orang jahat itu banyak, menjadi orang baik itu susah, tapi menjadi orang bijak itu harus mau menerima resiko dituduh sebagai orang jahat."

0 comments:

Post a Comment