Monday, 30 November 2015

Kadar kebaikan dalam diri

Dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, ketika mata melihat sesosok manusia, kita tidak lepas dari sebuah penilaian terhadapnya. Prasangka baik ataupun buruk terhadap apa yang objek kita lakukan. Kenal atau tidak, teman atau bukan, dalam hati atau dalam kata kata pasti akan terucap sebuah penilaian. Baik dan buruk akan menjadi keputusan terakhir dari sebuah pengamatan mata. Tidak jarang kita menjadi salah sangka, prasangka negatif yang terlontar kepada orang yang sebenarnya baik, dan sebaliknya. Apakah menilai orang lain itu salah?
Sama sekali tidak, tapi ada aturan dan tata cara dalam melakukan sebuah penilaian terhadap orang lain, terlebih jika penilaian kita punya pengaruh untuk orang banyak. Penilaian tidak serta merta muncul tanpa adanya suatu pengamatan. Pengamatan atau observasi hanya boleh dilakukan oleh pengamat atau peneliti, dan tidak semua orang bisa mengamati atau meneliti dengan cara yang benar. Ini sangat penting bagi orang yang tugasnya menyelidiki atau menilai kepribadian seseorang, baik karena sebuah pekerjaan atau kebiasaan. Ada orang yang tanpa dibayar tapi rela dan suka menilai orang, mengomentarinya dengan panjag lebar. Menurutku itu sah dan boleh saja dilakukan karena itu bisa jadi kontrol buat orang lain terlebih untuk cerminan diri sendiri. Tapi jadilah seorang pengamat yang profesional, pengamat yang mengikuti aturan.

Apa syarat untuk menjadi seorang pengamat yang baik, yang pertama yang harus dipunyai adalah pikiran yang selalu terbuka yang bisa menerima segala kemungkinan. Yang kedua, harus menjadi objektif, penilaian dengan tidak mengikutkan faktor pribadi. Yang ketiga adalah, mengikuti prosedur pengamatan yang benar, terstruktur. Prosedur pengamatan yang benar harus mengandung beberapa bagian,yaitu latar belakang masalah, batasan masalah, hipotesis, pengambilan data, pemrosesan data, dan yang terakhir adalah sebuah kesimpulan. Wuih, mau nilai orang lewat aja harus ribet banget. Yup, ngga ada yang nyuruh buat ngamatin, terus kembali ke diri kita, emang kita mau dinilai oleh orang lain dengan ngawur, dengan seenaknya?
Oke, aku akan mencoba menjelaskan cara mengamati orang ala linggar.. hehehe. Latar belakang masalah adalah alasan kenapa kita harus melakukan pengamatan terhadap orang tersebut. Kalo memang dari awal kita sudah tidak punya alasan yang penting banget, kita tidak perlu melanjutkan pengamatan kita. Lalu sebuah batasan masalah, siapa saja yang akan diamati, rentang waktu pengamatan, tempat pengamatan. Penentuan hipotesis, dari sini akan langsung aku tentukan kalo ada tiga macam hipotesis, hipostesis satu adalah orang tersebut baik, hipotesis dua adalah orang tersebut tidak melakukan apa - apa, hipotesis yang ketiga adalah orang tersebut jahat. Masuk ke pengambilan data, ini adalah bagian yang paling penting, pengambilan data bisa dibagi menjadi dua yaitu langsung dengan mata kita sendiri dan tak langsung yaitu diperoleh dari informasi atau keterangan orang lain. Pengambilan data tak langsung mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan pengamatan langsung, bobotnya pun tergantung dari seberapa bisa dipercaya informasi tersebut. Dalam pengambilan data ada dua variabel yang harus dicatat, waktu (t) dan nilai kebaikan (K). Waktu yang akan dicatat menggunakan satuan SI (Standart International) yaitu detik. Nilai kebaikan akan bernilai 1 jika orang tersebut sedang berlaku baik terhadap lingkungan, bernilai 0 jika tidak melakukan sesuatu yang berpengaruh terhadap lingkungan, bernilai -1 jika melakukan hal yang buruk terhadap lingkungan. Setelah itu baru masuk ke pemrosesan data, nah di sini diperlukan sebuah perumusan matematika sederhana untuk mendapatkan hasilnya.


K adalah kadar kebaikan yang bernilai -1 yaitu buruk sampai dengan 1 yaitu baik, yang diperoleh dari penjumlahan dari seluruh nilai kebaikan dari waktu awal pengamatan sampai akhir pengamatan dan dibagi oleh rentang waktu pengamatan. Terus ada delta t, yaitu keterangan rentang waktu yang harus selalu disertakan dalam penulisan kadar kabikan, untuk mengindari kebohongan statistik. Misal jika ada sesorang dengan kadar kebaikan , maka orang tersebut bersikap setengah buruk dalam waktu 200 detik. Nah, penilaian tersebut masuk dalam wilayah kesimpulan.

"Jadilah pengamat profesional sebagaimana kita menginginkan orang lain berlaku sama terhadap kita, atau jangan pernah melakukannya sama sekali"

0 comments:

Post a Comment