Tuesday, 1 December 2015

Aku ingin anak - anak Indonesia senantiasa kelaparan

Aku pernah berpikir bahwa itu adalah sebuah karma. Waktu aku masih sekolah SMA, ibuku menyarankan aku untuk mengambil kuliah jurusan pendidikan. Ibu punya keinginan menjadi seorang guru, tapi ngga kesampaian, maka dari itu ibu kepingin anaknya jadi guru. Entah, ibuku sangat ingin atau sekedar senang jika aku jadi guru. Yang jelas aku benar - benar ngga mau yang namanya jadi guru, guru apapun, dengan alasan aku kurang pandai dalam menjelaskan sesuatu, aku ngga bisa ngomong lancar didepan orang banyak. Ya, memang aku akui kalo dulu aku sangat pemalu dalam hal - hal begitu dan ngrasa kaku kalo suruh ngomong di depan orang - orang. Tapi, setelah aku lulus kuliah fisika murni, dan aku masih menganggur, aku terpaksa menjadi guru les privat, dan murid les ku lebih dari dua anak. Apalagi kalo bukan karma..
Aku mengajar anak SMP dan SD, lebih banyak urusan IPA dan matematika. Aku lupa awal aku mulai ngajar, kayaknya langsung lancar, mungkin juga karena aku dah kuliah, sudah terlatih untuk ngobrol dengan banyak orang. Aku ngajar biasa aja, menyampaikan materi pelajaran selama satu setengah jam, pulang, terima bayaran setiap bulannya. Aku tidak munafik, aku memang sangat memerlukan asupan uang saat menganggur itu. Tapi entah kenapa lama - lama aku mulai menikmati yang namanya mengajar. Masih tetap memprioritaskan duit, tapi juga seolah - olah ada hal lain yang ingin aku tunjukkan ke murid - muridku. Aku tidak enggan menjelaskan panjang lebar untuk sesuatu yang kurang dimengerti oleh muridku. Seperti menjelaskan asal dari sebuah rumus matematika, atau pengetahuan alam yang belum pernah disampaikan dikelasnya. Menceritakan informasi - informasi terbaru yang berhubungan dengan pelajaran juga menjadi hobiku.

Tidak hanya itu, muridku tidak satu, mereka mempunyai kemampuan dan sifat yang berlainan, akhirnya aku juga mulai untuk mempelajari karateristik masing - masing murid. Aku juga tidak tau kenapa aku seperti itu, kadang guru - guru lain, hanya sekedar tau mereka dan tetap mengajar sesuai keinginan mereka. Tidak ada yang meyuruhku sampai seperti itu, tidak ada yang mengajariku untuk berbuat seperti itu, tapi memang aku tidak sebentar mengalami menjadi murid, dan menerima pengajaran dari berbagai macam guru. Aku ingin apa yang aku ajarkan bisa diserap oleh muridku, aku ingin muridku merasa dia tidak sedang belajar tapi mendengarkan dengan santai teman yang sedang asik bercerita. Aku ingin muridku membuang jauh - jauh ingatan tentang kelas sekolah yang membosankan, yang tegang, yang mengutamakan peolehan nilai daripada perolehan ilmu. Dan yang paling penting, muridku tetap bebas menjadi dirinya sendiri.
Pernah aku ditanya oleh salah satu dari orang tua muridku yang masih kelas tiga SMP tentang bagaimana perkembangan belajar anaknya. Aku bilang kalo selalu ada perkembangan dalam setiap pertemuan, terus aku juga menekankan bahwa si anak kayaknya kurang menyukai yang namanya IPA dan matematika, dia lebih bisa untuk belajar ilmu sosial, dan aku menyarankan kepada si orang tua untuk tidak memaksanya masuk IPA ketika nanti sudah SMA, karena mungkin dia akan sangat berkembang di IPS dan akan sangat sayang jika dia merasa tersiksa di IPA. Aku adalah orang IPA, fisika, dan sangat suka dengan yang namanya matematika, tapi aku tidak pernah memaksakan muridku untuk pintar dalam MIPA, cukup mengerti saja. Aku memberi kebebasan muridku untuk memilih ilmu sangat ingin didalaminya.
Aku belajar dari diriku sendiri, aku masuk kelas IPA waktu SMA bukan karena aku pintar IPA, atau menganggap kalo IPS itu rendahan seperti kebanyakan orang yang sok IPA. Aku memilih masuk IPA karena aku menganggap IPS adalah pelajaran yang menurutku sangat susah, otakku bukan otak yang bisa menghafal dalam jumlah banyak. Tidak salah jika orang yang masuk IPA adalah orang yang pintar IPA, dan juga seharusnya orang yang masuk IPS adalah orang yang ahli ilmu sosial, dan aku juga kagum dengan mereka.
Aku sekarang sudah tidak menjadi guru les, aku menjadi karyawan biasa. Ada satu misteri yang belum bisa aku pecahkan. Aku ingin membuat semua anak - anak di sekitarku, Indonesia, atau dunia sekalian merasakan yang namanya kelaparan ilmu pengetahuan. Selama ini, guru - guru yang pernah mengajari aku, mereka aku anggap sebagai penyuap makanan, tidak jarang aku memuntahkan pelajaran - pelajaran yang diberikan karena aku ngga merasa lapar. Saat siapapun merasa kelaparan, mereka akan melakukan apapun untuk mencari makanan, mereka akan menggebu - nggebu mendatangi tempat makanan. Begitu juga jika para anak - anak merasakan kelaparan ilmu mereka akan beramai - ramai untuk mendatangi tempat belajar, mereka tidak betah dengan hari libur. Apakah hal seperti itu bisa dilakukan, aku pikir itu bisa meskipun mungkin tidak mudah. Aku yang sekarang tidak sedang sekolah, tapi masih tidak berhenti mencari jawaban - jawaban ilmu pengetahuan yang selalu membuatku penasaran. Ya memang tidak sedikit yang lebih penasaran dengan gosip para selebritis. Bahkan mungkin suatu saat guru tidak perlu ke sekolah, murid - muridlah yang pergi ke tempat guru berada dan memaksa dengan sangat untuk diberi beberapa ilmu. Semoga aku atau siapapun bisa menemukan cara untuk menumbuhkan rasa kelaparan terhadap ilmu pengetahuan.
"Untuk menjadi pintar harus selalu merasa bodoh"

0 comments:

Post a Comment