Wednesday, 16 December 2015

Lamunan masa dulu yang berdebu

Apakah semua orang dewasa atau hanya yang sedang bosan yang rindu akan masa lalu. Perbedaan yang sangat besar antara jamanku dan sekarang. Teknologi sudah pasti sangat jelas berbeda, tapi juga tidak ketinggalan perubahan - perubahan lainnya. Memang kecilku dulu tinggal di desa dan sekarang di kota, pasti aku merasakan perubahan yang besar. Tapi ketika aku pulang kampung, ternyata desaku juga mengalami perubahan.
Aku adalah seorang yang juga penggila teknologi, aku suka setiap perkembangan - perkembangannya. Tapi aku juga orang yang sepertinya selalu rindu akan suasana yang ramai dengan teriakan anak - anak bermain di luar rumah ketika bulan tersenyum. Tangan - tangan kecil yang kotor oleh debu karena sering jatuh waktu berlarian di kejar temannya dalam suatu permainan. Tangisan si kecil kena marah oleh ibunya karena bajunya yang baru ganti sudah kotor oleh keringat dan tanah. Suasana malam yang cukup indah disaksikan dari teras rumah.

Mendengar suara fals para pemuda bernyanyi bersama dengan iringan gitar, berkumpul disudut perempatan, yang mungkin sekarang lebih mudah dan enak untuk memutar mp3. Lagu - lagu gombloh, iwan fals, boomerang, slank, padi, dewa, koesplus adalah langganan yang sering dinyanyikan, karena mungkin memang menyenangkan bila dinyanyikan bersama - sama. Singkong kadang jagung hasil ngambil dari sawah tetangga, dibakar rame - rame.
Di kecamatanku dulu masih susah buat internetan, ada beberapa warnet, tapi 10 ribu perjam, itupun lelet banget. Jadi bukan aja main game online, bahkan internetan atau mainan sosmed bukan merupakan hobi kita. Bermain layang - layang atau apapun di luar rumah buat anak - anak kecil, dan berkumpul - kumpul bagi yang remaja. Tidak satupun yang menunduk menatap layar handphone, karena memang tidak ada yang punya.
Sebuah keegoisan yang muncul dalam pikiran, karena menginginkan kemurnian desa, yang berarti tidak ada kemajuan teknologi. Suasana yang asri harus ditebus dengan hilangnya akses ilmu pengetahuan lewat internet. Keramahtamahan dengan teman harus dibeli dengan bersusah - susah mengirimkan surat ke kantor pos. Desaku sekarang bukanlah kota, tapi aku tidak menemukan perbedaan dengan kota, dimana - mana ada supermarket. Bisa dibilang, masa lalu hanya akan hadir kembali dalam sebuah lamunan, seberapapun kita berharap itu tidak akan pernah terjadi lagi. Semoga aku tetap bisa memimpikan suasana itu lagi, karena memang tidak banyak kamera untuk mengabadikan suasana - suasana itu.

0 comments:

Post a Comment